Minggu, 29 November 2015

Minuman Tai Fu Sui

Tai Fu Sui (Thew Fu Sui) atau yang lebih familier dengan nama susu kedelai adalah minuman khas Bangka Belitung yang sangat familier ditelinga masyarakat di ujung Pulau Sumatera ini, minuman ini terbuat dari kacang kedelai.

Tai-fu sui ini banyak kita jumpai dengan jajanan kue-kue di pagi ataupun malam hari di Bangka Belitung. untuk penyajiannya pun bisa dihidangkan dengan hangat maupun dengan es, sesuai dengan selera.

Walaupun bahan dasar dari kacang kedelai, Tai fu sui ini sangat nikmat rasanya, banyak kalangan anak muda yang mengistilahkan minum susu kedelai ini dengan sebutan “Musui” atau Ngefusui, sebenarnya cara pembuatan Tai-fu sui ini tidak lah susah, sama seperti membuat susu kedelai pada umumnya.

Minuman ini bisa di buat menggunakan blender atau lebih kental nuansa bangka nya menggunakan penggiling dari batu, tetapi sekarang alat ini mulai langka dikarenakan masyarakat lebih memilih menggunakan peralatan yang simple, mudah dan instant.

Caranya yaitu menggiling kacang kedelai, setelah digiling di peras, kemudain dimasak, ditambah gula sesuai selera, dan juga ditambahkan garam sedikit. supaya memberikan rasa yang tidak terlalu manis. bisa disajikan panas maupun dingin.
 

Bahan:

Kacang Kedelai

Air


Cara Membuatnya:

Bersihkan kacang kedelai dari kulitnya dan dicuci bersih.
Rendam kedelai beberapa saat kemudian blender kedelai sampai halus.
Saring Selanjutnya rebus dengan api sedang bersama air Setelah mendidih diangkat.
Tai Fu Sui dapat disajikan.


Namun jika ingin mngkreasikan cita rasa buah-buahan bisa dimasukan buah-buahn yang telah dipotong sesuai selera dan masukan ke air yang mendidih tersebut sampai masak. Bisa  ditambah gula. Dapat dihidangkan panas atau dingin, tergantung selera dan kondisi cuaca saat ini.

Senin, 23 November 2015

Pesanggrahan Menumbing

Siapa orang Bangka yang tidak kenal dengan Bukit yang satu ini ? Ya Bukit Menumbing namanya, jika kalian bertemu dengan orang – orang Bangka yang tidak mengenal Bukit ini berarti mereka adalah orang – orang yang tidak menghargai atau tidak pernah mengetahui Sejarah Bangsa Indonesia.

Pesanggrahan Menumbing Dari Belakang

Bukit Menumbing merupakan bukit yang memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi bagi Bangsa Indonesia, di bukit ini terdapat sebuah Wisma atau Pesanggrahan yang dinamakan Pesanggrahan Menumbing, tempat  ini adalah salah satu saksi bisu yang menjadi tempat pengasingan Presiden atau Ploklamator kemerdekaaan Republik Indonesia Ir Soekarno & Moh Hatta.

Terletak di atas ketinggian 450 meter diatas permukaan laut (MDPL) bukit menumbing menjadi salah satu destinasi wisata sejarah di Pulau Bangka, tepatnya di Kabupaten Bangka Barat atau kota Muntok, salah satu kota yang mempunyai banyak tujuan wisata pantai dan wisata alam lainnya.

Pesanggrahan Menumbing yang menjadi tempat pengasingan Presiden pertama Republik Indonesia , Wisma ini memiliki satu bangunan utama dengan beberapa fasilitas bangunan lainnya, di tempat ini pula anda bisa melihat Dokumen dokumen yang di gunakan oleh Presiden pertama kita di pajang di tempat ini.

Dokumen-Dokumen Yang di Pajang

Di tempat ini anda bisa berkeliling dan kembali mengingat sejarah perjuangan Bangsa  Indonesia kita, berbagai Dokumen dan pernak pernik yang digunakan para tokoh Bangsa ini masih terpajang rapi di tempatnya, disini  juga terdapat Mobil yang digunakan oleh Presiden Soekarno yang masih dipajang, selain itu tempat tidur dan peralatan yang digunakan Presiden masih di pajang rapi.

Mobil Soekarno

Selain wisata sejarah dari tempat ini anda akan dimanjakan pemandangan kota Muntok dari ketinggian dengan Bcakground laut yang Indah anda bisa berfoto ria dan menikmati indahnya salah satu destinasi wisata di kota ini.

Untuk mencapai tempat ini anda bisa menggunakan kendaraan pribadi, roda dua atau roda empat, jika anda memulai perjalanan dari Kota PangkalPinang anda membutuhkan waktu sekitar 2 – 3 jam untuk mencapai lokasi tersebut.

Sampai di lokasi ini anda akan di pungut biaya sebesar 2.500 – 5.000 rupiah /orang, jika anda membawa mobil anda telebih dahulu harus melapor di pos 1 dikarenakan jalan yang sempit, karena hanya bisa dilewati oleh satu mobil saja.

Untuk lebih lengkap tentang sejarah dan tempat ini akan lebih baik jika anda langsung menuju tempat ini, Bangka Barat Muntok – Pulau Bangka provinsi bangka Belitung.



Minggu, 22 November 2015

Kota Sungailiat Dari Puncak Bukit Siam

Jika anda berkunjung ke Kota Sungailiat sebuah kota kecil yang ada di pulau Bangka jangan lupa mengabadikan moment-moment tempat anda berkunjung, salah satu tempat yang menjadi referensi untuk mengabadikan gambar kota sungailiat adalah Bukit Siam dan bukit ini tepat berada di depan kampus Stisipol pahlawan 12 dan Pascasarjana Stisipol pahlawan 12

Pintu Masuk Bukit Siam

Bukit Siam terletak di deretan bukit semut yang menjadi salah satu background utama kota kecil ini, disini anda bisa mengabadikan gambar gambar kota tersebut dari ketinggian bukit, disini anda bisa mengabadikan sunrise dan sunset jika anda bisa mencari spot yang bagus.

Jalur Ke Puncak Bukit

Untuk mencapai bukit ini anda terlebih dahulu harus mencapai  kota Sungailiat, dikarenakan tidak adanya papan penunjuk arah atau papan yang memberitahukan jalan ke bukit ini, akan lebih baik jika anda bertanya kepada warga atau orang-orang yang anda temui disini, untuk aksese jalan sangatlah mudah dikarenakan lokasi nya persis di pinggir jalan raya.

Tower Telekomunikasi

Tidak ada kendaraaan umum yang menuju lokasi ini, lebih baik anda menggunakan kendaraan pribadi atau sewa angkot atau motor, jika penginapan anda berada disekitaran bukit ini ada bagusnya jika berjalan kaki saja sekalian Olahrga.

Makam Eyang Siam

Sesampainya di lokasi pintu masuk Bukit ini yang ditandai dengan gerbang yang bertuliskan Bukit siam langsung saja anda naik ke atas karena jalurnya sudah disediakan untuk para pejalan kaki, anda juga bisa menaiki bukit ini dengan sepeda motor karena jalurnya sudah di bangun oleh pemerintah daerah.

Pos Penjaga Menara Di Puncak Bukit

Cukup Curam dan berliku liku, kurang lebih 10 menit jika menggunakan sepeda motor dan jika berjalan kaki mungkin butuh waktu sekitar 30 menit atau satu jam, setelah sampai diatas Bukit Siam anda akan dihadapkan dengan sebuah bangunan tower perusahaan telekomunikasi.

Kota Sungailiat Dari Puncak Bukit Siam

Di atas Bukit terdapat juga sebuah makam Eyang Mbah Siam dimana nama bukit ini diambil dari nama orang tersebut, dan anda juga akan dihadapkan dengan pemandangan kota sungailiat dari atas bukit ini, akan tetapi anda harus menaiki batu – batu yang cukup tinggi untuk mendapatkan view yang mantap.

Sunset Di Puncak Bukit Siam

Jangan lupa mampir ke bukit ini jika anda sedang Backpackeran, Travelling atau berwisata ria ke daerah ini...

View Dari Puncak Bukit Siam

Salam bangkanature.com


Senin, 16 November 2015

Kuil Fathin San

Pulau Bangka menyimpan alam yang begitu indah dengan pantai-pantainya yang dihiasi bebatuan granit. Tak hanya itu. Pulau yang kaya akan timah ini juga mempunyai destinasi wisata religi yang sangat menarik untuk umat Budha dan Tionghoa dengan pemandangan yang indah untuk disaksikan. Adalah wisata religi Mahayana atau lebih dikenal dengan Bukit Fathin San yang menarik untuk dikunjungi.

Pintu Grbang Masuk Bukit

Terletak di barisan antara Bukit Semut dan Bukit Betung, Desa Lubuk Keli, Kecamatan Sungailiat, Pulau Bangka, Fathin San merupakan kuil bagi umat Budha dan umat Tionghoa. Dengan waktu tempuh 45 menit atau berjarak sekitar 35 kilometer dari Ibukota Pangkal Pinang dan persis di pinggiran kota Sungailiat, destinasi ini tidak hanya menawarkan wisata religi umat Budha dan Tionghoa yang eksotis untuk dilihat, juga menawarkan pemandangan yang menawan untuk dinikmati dari atas Bukit, apalagi dari Bukit ini anda bisa melihat pemandangan kota sungailiat dan kampus Stisipol Pahlawan 12 dan Pascasarjana Stisipol pahlawan 12 yang ciamik.

Patung Naga Di Kuil Fathin

Dibangun di atas barisan bukit semut pada tahun 2011, pemandangan dari kuil ini terlihat sangat indah. Perbukitan dengan warna hijau serta lautan lepas menjadi panorama yang tersaji saat berkunjung ke kuil ini, tidak hanya itu kuil ini juga menyajikan patung dan gambar religius bagi umat Budha dan Tionghoa.

Gua Buatan Di Sekitaran Kuil

Kuil (atau orang-orang sekitar menyebutnya vihara) yang ada di sini memiliki 350 anak tangga. Anak-anak tangga ini yang akan dijajaki oleh para pengunjung jika ingin melihat keseluruhan wilayah kuil.

Patung Dewi Kwan Im

Kuil ini memiliki patung Budha dan Dewi Kwan Im yang berukuran besar dan patung Budha. Di sini juga terdapat sebuah gua buatan yang di dalamnya terdapat naga emas. Di bagian bawah, terdapat kolam yang digunakan untuk melempar koin atau uang receh. Melempar koin ke kolam ini diyakini dapat membawa berkah atau keberuntungan.

Candi Kecil Aja Namanya

Semakin ke bawah, terdapat bangunan besar dengan suasana kebudayaan Cina yang kuat. Ukiran dan atap bagian atas dibuat melengkung, sebagaimana rumah etnis Tionghoa.

Pemandangan Kota Sungailiat Dari Bukit Fathin

Fathin San bisa menjadi wisata alternatif bagi Anda yang menyukai wisata religi, dengan pemandangan yang apik untuk disaksikan. Mengunjungi kuil ini bisa menambah wawasan bahwa nusantara memiliki keragaman tempat wisata yang indah dan cantik.

Patung Apa Itu

Untuk mencapai tempat ini anda bisa mengunjungi Pulau Bangka dan lokasi ini berada di pinggiran Kota Sungailiat, tepatnya di desa Lubuk Keli sungailiat, tak jauh dari perempatan Gedoeng Joang 45 Sungailiat yang berdekatan denga Rumah Sakit Jiwa Sungailiat.


Peta Lokasi Bukit Fathin



Minggu, 08 November 2015

Cong Rebut

Adat Tradisi Sembahyang rebut atau Cong Rebut Bangka Belitung adalah Adat kepercayaan warga Tionghoa mempercayai bahwa pada tanggal 15 bulan 7 tahun imlek ( Chit Ngiat Pan ), pintu akherat terbuka lebar dimana arwah-arwah yang berada di dalamnya keluar dan bergentayangan. Arwah-arwah tersebut turun ke dunia dengan keadaan terlantar dan tidak terawat, sehingga para manusia akan menyiapkan ritual khusus untuk diberikan kepada mereka berupa pemberian bekal, seperti makanan, minuman dan buah-buahan. Selain itu pada acara Adat Tradisi Sembahyang rebut atau Cong Rebut juga disediakan rumah-rumahan yang terbuat dari kertas, uang dari kertas dan baju-baju dari kertas pula yang memang diperuntukkan bagi para arwah.

Sembahyang rebut Cong Rebut Bangka BelitungOleh sebab itu setiap tanggal 15 bulan 7 tahun imlek (Chiat Ngiat Pan), warga Tionghoa di Provinsi Bangka Belitung selalu mengadakan ritual sembayang rebut atau yang sering disebut Chiong Si Ku di setiap kuil dan kelenteng dimana puluhan umat memberikan penghormatan yang diiringi dengan panjatan doa keselamatan dan keberkahannya. Selain dikunjungi oleh warga Tionghoa yang memang ingin mengikuti ritual sembayang, juga datang warga lainnya yang memang sekedar ingin menyaksikan ritual yang dipenuhi dengan nuansa mistis ini dengan berbagai keunikan lainnya.

Tai Se Ja

Pada ritual acara ini, disediakan berbagai jamuan sesaji yang tersusun rapi. Biasanya diletakkan diatas bangunan khusus yang terbuat dari kayu dan papan. Terkadang dibuat dalam 2 tingkat (bersusun dua lantai tempat sesajian). Terdapat juga patung Dewa Akherat - Thai Se Ja yang dibuat dalam ukuran besar, berbagai patung lain yang terbuat dari kertas seperti patung berbentuk binatang, pesawat, kapal, gedung dan bermacam bentuk lainnya.

Menjelang tengah malam, jamuan-jamuan yang dihidangkan sudah dirasa cukup dinikmati oleh para arwah, sehingga prosesi ritual dilanjutkan dengan upacara rebutan sesaji yang berada di atas altar persembahan. Acara sembayang rebut ini dapat diikuti oleh seluruh pengunjung yang sebelumnya diberikan aba-aba terlebih dahulu sebagai tanda saling rebutan sesaji dimulai. Ada kepercayaan bahwa para peserta yang ikut prosesi rebutan akan mendapatkan bala (musibah) apabila tidak mendapatkan apa-apa saat rebutan. Maka dari itu, biasanya peserta akan mengambil apapun yang masih ada agar tehindar dari bala, disinilah keunikan yang utama dari ritual ini.

Sembahyang rebut Cong Rebut Bangka BelitungAcara puncak dilakukan dengan pembakaran patung Thai Se Ja (sosok raksasa yang sedang duduk dengan mata melotot dimana di tangan kanan Thai Se Ja memegang alat tulis dan tangan kiri memegang buku). Thai Se Ja merupakan Dewa Akherat yang akan membawa para arwah kembali ke dunia Akherat yang disimbolkan dengan patung yang terbuat dari kertas. Pada saat pembakaran patung Thai Se Ja, uang-uang kertas, baju-baju dari kertas dan miniatur rumah dari kertas juga ikut dibakar bersamaan dengan patung Thai Se ja.

Acara Adat Tradisi Sembahyang rebut atau Cong Rebu puncak ini juga menandakan bahwa arwah-arwah telah dibawa kembali oleh Thai Se Ja kembali ke dunia akherat, sehingga para manusia dapat melanjutkan kembali aktivitas mereka seperti biasa tanpa harus takut diganggu oleh para arwah gentayangan.

Biasanya sebelum acara puncak dilakukan, di sekitar kuil atau kelenteng tempat prosesi ritual diadakan hiburan seperti pertunjukan barongsai dll. Bahkan dibeberapa tempat (Koba, Kabupaten Bangka Tengah) diadakan lelang dadakan sebelum acara puncak dilakukan. Berbagai barang yang dilelang sangat beragam seperti bahan makanan (beras, minyak kelapa,dll), alat elektronik (kulkas, TV, radio,dll), Sepeda dan barang-barang lainnya.


Pembakaran Patung Tai Se Ja

Proses lelang ini di koordinasikan oleh pihak Kuil/Kelenteng setempat. Adapun barang lelang terkadang merupakan sumbangan dari pihak donatur pengusaha Tionghoa setempat. Dalam lelang ini, yang sangat menarik adalah harga barang sangat menarik dan bergerak tak terduga. Dan cara pembayaran juga sangat mudah, setoran awal keikutsertaan yang murah dan jangka waktu pembayaran yang dapat dicicil dalam 1 (satu) tahun. Seluruh dana yang diterima menurut informasi teman Didi (warga Tionghoa), ternyata sepenuhnya untuk kuil / kelenteng setempat. Dan acara lelang adalah salah satu acara yang paling dinanti-nanti banyak orang, terutama warga Tionghoa.
 

Pembakaran Patung Tai Se Ja

Di kabupaten Bangka, biasanya kuil yang paling ramai dikunjungi oleh warga adalah Kuil Thai Pak Kung yang berlokasi di Merawang (jalan raya antara Kota Pangkalpinang dan Kota Sungailiat). Pada hakekatnya, ritual acara sembahyang rebut ini menurut adat kepercayaan warga Tionghoa bertujuan untuk saling membantu. Dengan memberikan sedikit dari apa yang dimilikinya untuk ritual ini berarti manusia telah mencerminkan sikap saling membantu dan mengasihi kepada makhluk Tuhan apapun wujudnya. Untuk selanjutnya manusia hanya dapat mengharapkan berkah dan keselamatan bagi hidupnya di dunia dengan memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa.
Acara Rebo Kasan

REBO KASAN biasa orang Bangka Memanggilnya  merupakan Upacara adat Tolak Bala / Tolak Kesialan ini disimbolkan dengan ‘ ketupat lepas ‘ dan ‘air wafa’ yang dilaksanakan secara turun temurun oleh penduduk desa Air Anyir, Kecamatan Merawang. Merupakan agenda tahunan setiap tanggal 24 safar (hijriyah).
 
Upacara Adat Rebo Kasan adalah salah satu ritual  masyarakat Melayu pesisir pantai di Kabupaten Bangka yang akulturasi dari  nilai-nilai religius, mitos, dan legenda nenek moyang. Inti Upacara Rebo Kasan  adalah Ritual Tolak Bala (musibah) sekaligus harapan  para nelayan agar hasil tangkapannya melimpah. Masyarakat percaya bahwa  pada hari Rabu di akhir bulan Shafar, Tuhan menurunkan bencana sejak  terbit fajar hingga terbenam matahari sebanyak 32.000 bencana baik besar maupun  kecil. Sehingga pada hari itu, manusia dianjurkan untuk melakukan doa bersama  yang kemudian dilanjutkan dengan pencabutan ketupat lepas, sebagai tanda  sudah dicabutnya bencana yang akan menimpa masyarakat.


Ritual Lepas ketupat

Prosesi ritual ini diawali dengan pencelupan air  wafaq (air minum yang sudah diberi doa) oleh tokoh masyarakat sebagai  simbol untuk menghalau bencana yang akan datang. Setelah itu doa tolak bala  dikumandangkan, yang dilanjutkan dengan inti ritual yakni pencabutan ketupat  lepas yang dibuat oleh orang tertentu. Ketupat yang digunakan terbuat dari  anyaman daun kelapa yang menyisakan dua ujung daun untuk dicabut sampai lepas,  sehingga dua helai daun kelapa kembali seperti sebelum dianyam. Bentuk ketupat  ini berbeda dengan ketupat biasa. Bila ketupat biasa berbentuk bulat, ketupat  lepas berbentuk panjang. Acara ritual diakhiri dengan makan bersama di  dalam masjid dari dulang (seperti nampan atau baki) yang  dibawa oleh masing-masing warga. Dulang itu berisi: ketupat lengkap  dengan lauk pauknya, lepet, dan buah-buahan.




Seiring perkembangan zaman, proses upacara ini  mengalami perubahan dalam pelaksanaannya. Pada awalnya, dua helai daun kelapa  yang dicabut dari ketupat itu dihanyutkan ke laut yang bermakna bahwa bencana  yang disimbolkan dengan dua helai daun kelapa telah dibuang ke laut. Sekarang,  pencabutan tersebut sudah menandakan tercabutnya bencana dari kehidupan  masyarakat. Jika dulu, Ritual Rebo Kasan dilakukan di Pantai Batu Karang Mas  (sekitar 1 km dari Desa Air Anyer), sekarang semua prosesi ritual dilakukan dan  dipusatkan di Masjid Desa Air Anyer. Dalam proses  ritual masih dibacakan mantra-mantra dan dilanjutkan dengan pembacaan doa-doa  Islam.

Keunikan upacara ini adalah peserta ritualnya yang semuanya menggunakan jubah putih, kecuali tokoh agama (Islam) yang menggunakan jubah putih dan surban, dan aparat pemerintah yang menggunakan seragam dinas.


Tetua Desa

Ritual Rebo Kasan dilaksanakan di  Desa Air Anyer, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Upacara ini dilaksanakan pada setiap hari Rabu terakhir dalam bulan Shafar.

Dari Kota Pangkal Pinang kita bisa menempuh desa ini dengan estimasi waktu sekitar 30 menit dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat, dari kota sungailiat sekitar setengah jam juga.

Kamis, 05 November 2015

1. Asal-Usul

Bagi umat Islam, bulan Ramadhan merupakan bulan yang spesial. Pada bulan ini Allah menjanjikan pahala yang berlipat-lipat dan pengampunan yang tidak terbatas kepada semua mahluk-Nya. Oleh karena itu, sebagian kaum Muslim melakukan persiapan-persiapan khusus untuk menyambut datangnya bulan ini, seperti halnya masyarakat Desa Jada Bahrain dan Desa Kimak, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung yang menyelenggarakan upacara Mandi Belimau (Berlimau).

Upacara Mandi Belimau Bangka

Bagi masyarakat di daerah ini, Ramadhan merupakan bulan dimana mereka harus bertaubat sekaligus berharap keselamatan dan berkah. Salah satu cara yang dilakukan adalah membersihkan diri sebelum memasuki bulan suci Ramadhan dengan menyelenggarakan upacara adat Mandi Belimau di pinggir sungai Limbung. Mereka meyakini bahwa dengan mengadakan upacara ini, ibadah puasa akan berjalan lancar dan segala yang diinginkan bisa tercapai. Secara khusus, tujuan upacara ini adalah: pertama, mencari keinginan-keinginan. Pencarian ini terdiri dari:  keinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah (dzikir), keinginan untuk dekat dengan Nabi Muhammad (Sholawat, Sunah), keinginan malaikat (Tahmid, Takbir, Tasbih), dan keinginan manusia (do‘a terkabul). Kedua, meningkatkan perbuatan Mandi Taubat serta Sembahyang Sunat Taubat. Ketiga, meningkatkan perbuatan amal ibadah fardhu dan sunat, dan meningkatkan ibadah silatuhrahim. Namun ada juga sebagian masyarakat yang mengikuti upacara ini karena mengharapkan kekayaan, kepandaian, hingga jodoh.
Tradisi Mandi Belimau merupakan ritual turun-temurun masyarakat Desa Jada Bahri dan Desa Kimak yang telah ada kurang lebih 300 tahun yang lalu. Konon, menurut kepercayaan masyarakat di daerah ini, tradisi ini diperkenalkan pertama kali oleh Depati Bahrein, seorang bangsawan keturunan Kerajaan Mataram, Yogyakarta yang melarikan diri bersama pasukan pengawalnya ke Pulau Bangka sekitar tahun 1700 dari kejaran pasukan Belanda. Pada saat dikejar-kejar itulah, Depati Bahrein melakukan ritual mandi pertaubatan.
Dalam perkembangannya, pemerintah daerah Kabupaten Bangka mengemas ritual Mandi Belimau menjadi bagian dari paket wisata daerah. Ritual ini kemudian berkembang dan tidak lagi menjadi sekedar perayaan upacara eksklusif masyarakat Desa Jada Bahri dan Desa Kimak tetapi juga oleh segenap lapisan masyarakat Kabupaten Bangka, mulai dari pejabat pemerintah hingga rakyat biasa. Jadilah, ritual Mandi Belimau pada satu sisi merupakan ritual yang bernuansa sakral dan menjadi potret kebersamaan yang dibingkai adat istiadat yang tidak lekang dimakan waktu, dan pada sisi yang lain menjadi tontonan. Kondisi ini, jika tidak disikapi secara arif dan bijaksana, maka nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini akan tereduksi menjadi sekedar seremonial budaya belaka.

Sesepuh Mandi Belimau

2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Upacara

Upacara Mandi Belimau diadakan sekali dalam setahun, yaitu pada akhir bulan Sya‘ban atau seminggu sebelum bulan Ramadhan. Tempat pelaksanaan upacara ini adalah di tepi sungai Limbung, Dusun Limbung, Desa Jada Bahrein, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka.  

Acara Mandi Belimau Bangka

3. Peralatan dan Bahan-Bahan Upacara

Sebagai sebuah ritual yang mengandung nilai-nilai sakral dan telah dilakukan secara turun-temurun, maka upacara ini membutuhkan peralatan dan bahan-bahan khusus. Bahan-bahan dan peralatan-peralatan merupakan prasyarat sempurna tidaknya pelaksanaan upacara. Oleh karena itu, jika peralatan atau bahan-bahannya tidak sesuai, maka tujuan dari upacara ini tidak akan tercapai.
Adapun peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dalam upacara ini adalah:
a. Baju enam warna, yaitu: putih, hijau, merah, kuning, hitam dan kelabu. Pakaian berwarna putih secara khusus digunakan oleh pemimpin upacara. Sedangkan sisanya digunakan oleh para pembantunya
b. Guci atau Kendi. Guci yang digunakan adalah guci khusus yang telah berumur ratusan tahun. Guci ini digunakan sebagai tempat ramuan khusus yang akan digunakan dalam upacara Mandi Belimau.
c. Ramuan khusus. Ramuan ini terbuat dari campuran air yang diambil dari sumur kampung yang telah dibacakan mantera dan dircampur dengan:
  • Jeruk nipis 7 buah. Buah ini melambangkan penguasaan terhadap ilmu sakti sebagaimana penguasaan Akek Pok).
  • Pinang 7 butir.  Melambangkan kesucian batin pendekar, sebagaimana Depati Bahrein.
  • Bonglai kering 76 iris. Melambangkan sikap pemberani, pemberantas jin dan iblis, serta ahli politik sebagaimana sifat dan keahlian Akek Jok.
  • Kunyit 7 mata. Benda ini mempunyai arti bahwa orang yang rajin musuhnya iblis, dan orang malas kawannya iblis sebagaimana yang ditunjukkan oleh Akek Sak.
  • Mata mukot 7 jumput dan bawang merah 7 biji. Melambangkan sifat penurut sebagaimana sifat Akek Daek.
  • Arang usang. Melambangkan sifat sabar, pandai menyimpan rahasia, dan kuat melakukan jihad fisabillillah, sebagaimana ditunjukkan oleh Akek Dung.

Bahan-bahan yang digunakan
untuk membuat ramuan khusus

d. Kain lima warna yang dipajang di tempat pelaksanaan. Adapun warna dan maknanya adalah:  
  • Kain warna merah, mempunyai arti Panglima - Isrofil Istana Jantung Daging Usman.
  • Kain warna kuning mempunyai arti Pengrajin - Mikail Istana Urat Umar.
  • Kain warna kelabu mempunyai arti Pemberani - Isroil Istana Jantung Tulang Ali.
  • Kain warna hitam mempunyai arti Sabar Penyimpan Rahasia, Bersatu Jihad - Jibroil Istana Lidah Darah Abu Bakar.
  • Kain warna putih mempunyai arti kesucian - titis Nur Muhamad SAW Al Ulama Miswhatul Mursyid.

4. Tata Laksana

Selain penggunaan bahan-bahan dan peralatan khusus, hal lain yang menentukan sempurna tidaknya upacara ini adalah tata laksananya. Sehari sebelum pelaksanaan upacara, persiapan-persiapan dilakukan agar pelaksanaan upacara berjalan dengan sempurna, misalnya menancapkan kain lima warna di lokasi pelaksanaan upacara, yaitu di tepi sungai Limbung.  

Prosesi Upacara Mandi Belimau

Adapun tatalaksana upacara ini adalah sebagai berikut:
  • Sehari menjelang pelaksanaan upacara Mandi Berlimau, orang-orang mengadakan ziarah ke makam tokoh masyarakat setempat yakni Makam Depati Bahrein yang terletak di wilayah Lubuk Bunter sekitar kurang lebih 8 km dari Desa Kimak. Perjalanan ini merupakan napak tilas perjuangan Depati Bahrein. Dalam napak tilas ini, rombongan dibagi menjadi tujuh kelompok pasukan dan masing-masing dipimpin oleh seorang panglima. Ziarah ini merupakan jalan pembuka menuju acara Mandi Belimau.
  • Setelah sampai di makam Depati Bahrein, para peserta ziarah menyempatkan diri berdoa di depan makam, biasanya dengan membaca Surah Yasin serta memanjatkan do‘a, dipandu oleh tokoh agama setempat.
  • Setelah melakukan ziarah, para peserta upacara ada yang langsung menuju ke Dermaga Lubuk Bunter kurang lebih 3 km dari lokasi makam.
  • Dari tempat ini kemudian menyeberangi Sungai Jada yang banyak di tumbuhi dengan pohon bakau menuju ke Dusun Limbung tempat dilaksanakannya upacara adat Mandi Belimau dengan mengunakan perahu kayu.
  • Yang paling sibuk dalam upacara ini adalah sang pemimpin upacara. Ia harus menyiapkan ramuan khusus, yaitu  air yang diambil dari sumur kampung yang telah dibacakan mantera dan dicampur dengan ramuan yang terdiri dari jeruk nipis, pinang, bonglai, kunyit, bawang merah, kenanga dan bunga mawar. Ia juga menyiapkan 5 kain dengan warna berbeda yang melambangkan kekuatan pengawal Depati Bahrein.
  • Ramuan keramat ini kemudian dibungkus dalam kain lalu dimasukkan ke dalam tas yang berisi kain 5 warna.
  • Keesokan hatinya, pemimpin upacara menuju ke tempat pelaksanaan upacara dengan menggunakan pakaian putih dengan dikawal oleh para pengawal yang mengenakan pakaian berwarna hitam, abu-abu, kuning, merah, dan hijau.  Biasanya, di tempat dilangsungkannya upacara telah berkumpul para peserta upacara.
  • Setelah semua persiapan dianggap cukup, acara Mandi Belimau dimulai.
  • Para peserta yang hendak melakukan Mandi Belimau terlebih dahulu mengucapkan niat.
  • Kemudian pemimpin upacara dengan didampingi lima laki-laki dengan mengenakan kain hijau, merah, kuning, hitam dan kelabu membaca doa dan memantrai air ramuan yang ada dalam kendi. Setelah itu, air ramuan tersebut disiramkan kepada warga.
  • Acara pemandian dimulai dengan membasahi telapak tangan kanan dan dilanjutkan dengan tangan kiri. Jika dalam upacara ini hadir pejabat penting, maka para pejabat tersebut dimandikan terlebih dahulu.
  • Kemudian dilanjutkan dengan membasuh kaki kanan lalu kaki kiri.
  • Setelah itu membasahi ubun-ubun.
  • Kemudian dilanjutkan dengan membasahi seluruh anggota badan.
  • Setelah semua peserta upacara selesai mandi, kemudian dipentaskan tarian Nampi, yaitu sebuah tarian khas masyarakat Bangka yang melambangkan rutinitas pekerjaan wanita menampik beras.
  • Setelah itu dilanjutkan dengan pelaksanaan tradisi adat Sepintu Sedulang (Nganggung), yaitu membawa makanan secara bergotong-royong ke suatu tempat, biasanya di Masjid Dusun Limbung, untuk dinikmati bersama-sama.
  • Dengan selesainya acara Sepintu Sedulang, maka pelaksanaan upacara ini juga selesai.

Sepintu Sedulang

5. Doa-Doa dan Mantra

Adapun doa-doa dan mantra yang digunakan dalam upacara Mandi Belimau adalah:
  • Surat Yasin. Pembacaan surat Yasin dilakukan ketika melakukan ziarah ke makam Depati Bahrein.
  • Mantra untuk membuat ramuan keramat (teks mantra sedang dalam proses pengumpulan data).
  • Doa memulai mandi (teks doa sedang dalam proses pengumpulan data).    
Stisipol Pahlawan 12 dan Pascasarjana Stisipol Pahlawan 12 

6. Nilai

Upacara Mandi Belimau yang dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat Bangka di tepi sungai Limbung merupakan salah-satu cara masyarakat untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Selain itu, upacara ini merupakan sebuah potret bagaimana tradisi lokal bersanding dengan agama Islam yang dianut masyarakat Bangka. Oleh karena itu, upacara ini tidak sekedar mengandung nilai keagamaan tetapi juga budaya, sosial, penghormatan kepada leluhur, dan, dalam perkembangannya, mengandung nilai hiburan.
  • Nilai keagamaan dapat dilihat dari tujuan awal dari upacara ini, yaitu sebagai media penyucian diri untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Selain itu, nilai ini juga dapat dilihat dari pembacaan surat Yasin ketika melakukan ziarah ke makam Depati Bahrein.
  • Nilai budaya dalam tradisi ini dapat dilihat pada penggunaan ramuan-ramuan, pementasan tarian Nampi dan pembacaan mantera. Nilai ini juga dapat dilihat dari adanya keyakinan sebagian pengunjung bahwa upacara ini dapat mendatangkan jodoh dan kekayaan. Oleh karena ada keyakinan tersebut, peserta Mandi Belimau berusaha agar bisa mandi menggunakan air yang dicampur ramuan dan telah dimantrai.  
  • Nilai penghormatan kepada leluhur dapat dilihat pada pelaksanaan ziarah kubur ke makam Depati Bahrein dan penggunaan pakaian dengan warna-warna yang diasosiasikan dengan Depati Bahrein dan para pengawalnya. Ziarah kubur dan penggunaan kain warna-warni tersebut merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur, dengan harapan agar para leluhur dapat “membantu” tercapainya tujuan baik yang dilandasi spirit keagamaan atau pribadi.
  • Nilai sosial dapat dilihat pada penutup upacara Mandi Belimau, yaitu tradisi Sepintu Sedulang. Pada proses ini, masyarakat dari segala lapisan masyarakat membawa makanan yang kemudian dimakan secara bersama-sama.
  • Nilai hiburan. Sebenarnya nilai ini merupakan konsekuensi dari penetrasi kepariwisataan, yaitu ketika pemerintah menjadikan upacara ini sebagai salah-satu even kebudayaan daerah yang bisa digunakan untuk menyokong pendapatan masyarakat dan daerah. 
Jadi jika anda berkunjung ke Pulau Bangka bertepatan dengan acara Mandi Belimau jangan pernah melewatkan acara yang satu ini karena anda bisa mendapatkan nilai budaya Bangka Belitung dari upacara yang sudah melekat dengan budaya masyarakat Bangka.

Selasa, 03 November 2015

Pesta adat perang ketupat  tahun ini di selenggarakan pada tanggal 1 Agustus 2010, biasa dilakukan menjelang memasuki awal bulan Ramadhan. Lokasi di bibir Pantai Pasir Kuning desa Tempilang, kabupaten Bangka Barat Provinsi Bangka Belitung.  Sebelum perang ketupat berlangsung, sehari sebelumnya diadakan Upacara Panimbongan.
 

Acara Nganyot Perau


Upacara Panimbongan dimulai dengan menyanyikan lagu Timang Burong (menimang burung) dengan diiringi tari Serimbang (tari penyambut tamu)  yang ditarikan oleh lima penari dengan baju dan selendang merah. Lagu Timang Burong dinyanyikan dengan diiringi suara gendang dari enam penabuh serta alunan dawai.  Tarian ini adalah tarian pembuka dari upacara adat perang ketupat, yang memperlambangkan sekumpulan burung siang menyambut kehadiran burung malam.

Lagu pengiring tari Serimbang :

Gendang panjang, gendang Tempilang
Gendang disambit, kulet belulang
Tari kamei, tari Serimbang,
Tari keknyambut, tamu yang datang



Setelah acara tarian ini selesai, pertanda malam telah datang, maka upacara Panimbongan inti segera dimulai.  Tiga dukun dari kecamatan Tempilang terdiri dari dukun darat, dukun laut dan dukun senior memulai upacara Panimbongan. Secara bergantian ketiga dukun ini memanggil roh-roh gunung (inilah tamu tamu yang disambut dengan tari Serimbang) .

Yang mana roh-roh tersebut adalah roh baik yang menjaga masyarakat desa tempilang. Tujuan memanggil roh-roh gunung (darat) adalah untuk memberikan sesaji kepada mereka. Menurut cerita jika tidak diberi makan maka roh-roh tersebut akan kelaparan dan mengganggu ketentraman masyarakat desa Tempilang. Sesajian berupa makanan tersebut diletakkan diatas panimbong atau rumah rumahan dari kayu menagor. Makanya upacara ini disebut upacara Panimbongan.

Selain tari Serimbang juga ditarikan tari Campak, tari Kedidi, dan Tari Seramo.



Tari Campak ditarikan dengan diiringi pantun bersahut sahutan. Ciri khas budaya semenanjung, selalu ada terselip pantun. Tarian ini selain untuk acara pesta adat, juga ditarikan pada saat pesta pernikahan. Lain halnya dengan tari Kedidi, yang ditarikan seperti halnya pencak silat, yang menirukan gerakan gerakan dari burung Kedidi. Tari Seramo adalah tarian penutup, dimana perlambang kebenaran melawan kejahatan. Makanya tarian ini terasa lebih dinamis, energik, karena melambangkan pertempuran habis habisan.

Malam semakin larut, namun upacara belum selesai. Upacara panimbongan memang telah selesai. Naum upacara selanjutnya belumlah di mulai. Namanya upacara ngancak. Kalo Panimbongan memanggil roh-roh gunung (darat), maka upacara Ngancak memanggil roh-roh laut. Tujuan upacara sama, memberi sesaji makanan kepada roh-roh penunggu laut. Upacara Ngancak dilakukan menjelang tengah malam.

Dengan media empat batang lilin yang menerangi gelapnya malam di bibir pantai Pasir Kuning, dukun laut memulai mantra untuk memanggil penunggu laut. Diyakini oleh masyarakat kalau nama nama penunggu laut tidak boleh diberitahukan kepada masyarakat agar tidak disalah gunakan untuk kepentingan tertentu. Setelah memberi makan penunggu laut maka hari menjelang pagi dan masyarakat kembali ke rumah masing masing untuk keesokan harinya menyaksikan dan turut serta dalam perang ketupat.

Perang ketupat

Pada pagi hari, tari Serimbang kembali ditarikan. Dukun darat dan laut bersatu merapal mantra di depan wadah berisi 40 ketupat, memohon agar perayaan tersebut dilindungi dan jauh dari bencana. Di tengah rapalan mantram dukun darat akan trance dan terjatuh, dan kemudian akan ditolong oleh dukun laut (perlambang keharmonisan antara darat dan laut mungkin ya).

Menurut tradisi setempat, selama trance tersebut, dukun barat akan dapat berhubungan dengan arwah para leluhur. Para leluhur akan menyampaikan pantangan kepada warga desa untuk dipatuhi selama tiga hari. Biasanya seperti : melaut, bertengkar, menjuntai kaki dari sampan ke air laut, menjemur pakaian di pagar, dan mencuci kelambu serta cincin di sungai maupun di laut.

Setelah semua ritual trance dan penyampaian petuah, maka acara inti perang ketupat akan dimulai.  Kedua dukun tersebut mengambil masing masing 10 ketupat. Mereka menata ketupat di atas sehelai tikar pandan. 10 untuk dukun barat yang di tata di arah darat, dan 10 untuk dukun laut yang menatanya di dekat bibir pantai.

Dukun

Kemudian tampil 10 pemuda dari masing masing pihak, perlambang darat dan laut. Biasanya yang mulai sebagai pertama ini adalah pemuda pemuda dari perguruan silat Mawar Putih. Sebelum mereka memulai perang ketupat, terlebih dahulu dukun darat memberikan contoh dengan melemparkan ketupat ke punggung dukun laut kemudian di balas. Syarat perang ketupat adalah ketupat tidak boleh dilemparkan kearah kepala.

Ketika aba aba dengan peluit dari dukun laut perang ketupat pun telah dimulai. 20 orang pemuda yang saling berlawanan mewakili unsur darat dan laut saling melemparkan ketupat. Semua bersemangat melemparkan ketupat ke arah lawan dan memperebutkan kembali ketupat yang jatuh untuk dilemparkan kembali. Perang akan selesai sampai dukun laut meniup peluit tanda usai perang dan meraka berjabat tangan. Tradisi perang ketupat pertanda kebaikan melawan kejahatan hanya secara simbolik dilakukan oleh manusia.

Perang Ketupat

Setelah babak pertama oleh pemuda pemuda perguruan silat Mawar Putih selesai, maka peserta umum sekarang. Karena masih tersisa 20 ketupat lagi untuk babak kedua ini.

Rangkaian keseluruhan upacara ini akhirnya ditutup dengan upacara “Nganyot Perae” atau menghanyutkan perahu mainan dari kayu ke laut. Upacara itu dimaksudkan mengantar para roh-roh halus pulang agar tidak mengganggu masyarakat desa Tempilang.

Mungkin banyak di antara teman teman jika mendengar cerita ini akan menganggap walahhh Bangka itu primitif banget, mainnya dukun-dukunan hahaha, wajar loh. Bahkan pernah saya bekerja di suatu kantor. Saya pernah mendapat pertanyaan “denger-denger di Bangka mesti hati hati ya, salah sikap bisa pergi gak bisa balik ya?”



Awalnya saya tidak mengerti apa maksudnya, kemudian dia jelaskan kalau mereka itu taunya, kalo di Bangka itu mistiknya kencang sekali. Kalo untuk kampung-kampung saya akui memang masih kental mistiknya, memelihara siluman buaya itu bukan hal rahasia lagi. Namun kalo untuk kotanya, rasa rasanya tidak ada lagi lah. Kapan-kapan saya tuliskan ya tentang mistik mistik yang kerap beredar di masyarakat pulau Bangka.

Pengaruh dukun dan makhluk halus dalam upacara adat ini merupakan warisan prang dahulu kala di pulau Bangka yang dikenal dengan sebutan Urang Lom. Berdasarkan cerita rakyat yang turun dari mulut ke mulut diyakini praktik upacara adat yang mempercayai animisme seperti ini dimulai ketika Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883.

Sejak masuknya Islam ke Pulau Bangka, tradisi upacara adat ini mengalami berbagai perubahan. Walaupun tetap menonton perang ketupat, warga yang beragama Islam telah mengubah ritual ini lebih bernuansa Islami Perayaan yang dulunya difokuskan bagi roh-roh halus, kini ditujukan untuk mengenang arwah leluhur. Demikian pula dengan sesaji, diubah menjadi kenduri untuk dimakan bersama.



Selain faktor agama mempengaruhi perubahan akan perang ketupat ini, faktor krisis ekonomi membuat pemerintah daerah sempat menganjurkan agar ketupat yang digunakan diganti. Tidak menggunakan isi nasi, namun pasir. Mengingat banyaknya saudara-saudara yang kekurangan makan di awal bulan Ramadhan, alangkah baiknya jika ketupat asli diberikan kepada mereka yang kekurangan. Daripada dijadikan terbuang untuk ritual perang ketupat. Namun semua berpulang kepada individu masing-masing yang menjalani tradisi ini.

Lestarikan terus budaya Bumi Sepintu Sedulang – Bangka. Tiada yang memperindah negri selain keselarasan berkehidupan. Sesungguhnya Indonesia kaya dari pulau pulau besar layaknya Papua, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Sumatra hingga pulau pulau kecil layaknya Bangka, Belitung, Natuna, dan entah pulau pulau mana lagi di belahan Nusantara ini. Adakah yang peduli selain kita?

Galeri



Artikel Terbaru

Postingan Populer